IBNU MASKAWAIH
Makalah Ini Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Praktikum TIP
Dosen Pengampu : Yuliatun, S.Ag. M.Si
Disusun oleh :
Ahmad Abdul Aziz
NIM :112423
Kelas : L
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PRODI PAI
2014
I. PENDAHULUAN
Filsafat merupakan
ilmunya ilmu pengetahuan, atau induk dari ilmu pengetahuan (mother of
science). Dengan berfilsafat maka lahirlah sebuah ilmu pengetahuan, karena
berfilsafat merupakan mengoptimalkan daya nalar dan kritis akal manusia.
Filsafat merupakan ilmu untuk mencari kebenaran yang penuh dengan tanda tanya
sehingga tak heran jika terdapat perbedaan pendapat dikalangan filosof tentang
esensi sesuatu hal ini tidaklah menjadi hal yang tabuh karena setiap Filosof
harus menerima hasil pemikiran orang lain. Semakin banyak orang yang mau
berfilsafat maka semakin berkembanglah ilmu pengetahuan.
Filsafat mulai dikenal
didunia Islam pada abad IX di zaman pemerintahan daulah Abbasiyah. Pada masa
itu lahirlah ilmu kedokteran, geometri, astronomi, kimia dan lainnya dengan
tokoh-tokohnya yang Mashur. Dengan munculnya filsafat ditengah-tengah
kehidupan umat islam, yang memberikan kebebasan seluas mungkin untuk berkembangnya
pikiran secara bebas, meskipun harus menentang kebiasaan lama, membuka tabir
baru terhadap perkembangan sejarah dan peradaban dunia islam.
Islam telah melahirkan
tokoh-tokoh filsafat yang terkenal di dunia islam dan dunia barat karena
pemikiranya yang tidak akan lekang oleh waktu. Dalam perkembangannya filsafat
memiliki sejarah yang menarik, Al-Ghazali yang dulu seorang filosof
bermetafosis menjadi seorang Sufi dan ia menggap filsafat itu keji dan jahat.
Setelah itu pendapat Al-Ghazali ditentang oleh Ibnu Rushd (Avveroes) dalam
karyanya “Tahafud-el-Tahafut” (Destruction of the Destructor”. Menurutnya
Al-Ghazali salah dalam memahami filsafat dan pokok ajaran filsafat. Pada
akhirnya dalam peperangan alam pikiran ini, Al-Ghazali muncul sebagai pemenang.
Akan tetapi pada akhir abad 19 seorang guru yang terkenal dari Al-Azhar Syech
Muhammad Abduh mulai mengajarkan filsafat kembali walaupun mendapat rintngangan.[1] Betapa
menariknya perkembangan filsafat islam untuk kita pelajari tanpa
mengesampingkan tokoh dan pemikirannya.
Ibnu Maskawaih adalah
salah satu tokoh filsafat islam yang memiliki pemikiran-pemikiran khususnya di
bidang akhlaq. Beliau adalah cendikiawan muslim yang tetap berdasarkan
Al-Qur’an dan hadits dalam berfikir. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini
akan di bahas lebih lanjut tentang Ibnu Maskawaih.
II. RUMUSAN
MASALAH
1. Biografi Ibnu Maskawaih?
2. Apa Saja Karya Ibnu Maskawaih?
3. Bagaimana Pemikiran-Pemikiran Ibnu Maskawaih?
III.
PEMBAHASAN
A. Biografi
Ibnu Maskawaih
Nama lengkap Ibnu Maskawaih
adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Maskawaih. Ia lahir pada tahun 320
H/932 M. Di Rayy, dan meninggal di Isfahan p[2]ada
tanggal 9 Shafar tahun 412H/16 Februari 1030 M. Ibnu Maskawaih hidup pada masa
dinasti Buwaihi (320-450 H./932-1062 M.) yang sebagian besar pemukanya
bermazhab Syi’ah. Namanya diambil dari nama kakeknya yang semula beragama
majusi (persi) kemudian masuk islam. Gelarnya ialah Abu Ali, dan al-Knazain
yang artinya bendahara. Dari segi latar belakang pendidikannya tidak ditemukan
data sejarah yang rinci. Namun ada keterangan, bahwa ia mempelajari sejarah
dari Abu Bakar ahmad Ibnu Kamil al-Qadi, mempelajari filsafat dari Ibnu
al-Akhmar, dan mempelajari kimia dari Abu Thayyib.[3]
Ibnu Maskawaih adalah
seorang ahli sejarah yang pemikirannya sangat cemerlang. Dialah ilmuan Islam
yang paling terkenal dan yang pertama kali menulis filsafat akhlak. Ia mampu
memperoleh informasi dari sumber aslinya. Dia juga sangat memahami model
administrasi dan setrategi peperangan sehingga dengan mudah menuliskan berbagai
peristiwa secara jelas. Dia juga menguasai berbagai manuver politik dengan baik.[4]
Ibnu Maskawaih pernah
menjabat sebagai sekretaris Amirul-Umarak Adhud-Daulah (949-982 M) dari daulat
Buwaihi di Baghdad, merangkap kepala perpustakaan negara Bait al-Hikmah.
Sebelumnya Ibnu Miskawaih mendampingi Abu Muhammad Alhasan Al-Muhallabi yang
menjabat wazir pada tahun 339 H/950 M.[5]
Oleh karena itu ada
yang mengatakan Ibnu Maskawaih penganut Syi’ah karena wazir-wazir bani Buwaihi
menganut paham Syi’ah. Adapula yang mengatakan bahwa Ibnu Maskawaih mula-mula
beragama majusi, kemudian masuk islam seperti yang dikemukakan Yaqut dalam buku
terjemahan M.M Syarif M.A, tetapi hal ini mungkin benar bagi ayahnya
karena seperti yang tercermin pada namanya Muhammad adalah putra seorang
muslim.
Dari paparan diatas
jelaslah bahwa Ibnu Maskawaih adalah ilmuwan yang luas pengetahuannya dan
banyak pengalamannya. Ia dikenal sebagai sejarawan, sastrawan, tabib, ahli
bahasa, dan seorang filosof yang pertama kali menciptakan ilmu al-Akhlak.
B. Karya-Karya
Ibnu Maskawaih
Sebagai seorang
intelektual, Ibnu Maskawaih telah menulis beberapa buku sebagai karyanya yang
telah memberi sumbangsih pada khasanah ilmu pengetahuan di dunia islam. Dalam
buku para filosof islam, M.M. Syarif, M.A. terjemahan indonesia dicantumkan 18
buah karya Ibnu Miskawaih.Diantara karya-karyanya ialah:
1. Al-Fauz al-Akbar (permasalahan
metafisika)
2. Al-Fauz al-Asghar (uraian singkat dalam metafisika)
3. Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369 H/979 M)
4. Uns al-Farid (kumpulan anekdot, syair, peribahasa dan kata-kata mutiara)
5. Tartib al-Sa’adah (tentang aakhlak dan politik)
6. Al-Musthafa (syair-syair pilihan)
7. Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)
8. 8. Al-Jami’
9. Al-Siyar (tentang aturan hidup)
10. Tentang Pengobatan Sederhana (mengenai kedokteran)
11. Tentang Komposisi Bajat (mengenai seni memasak)
12. Kitab al-Asyribah (mengenai jenis minuman dan
pembuatannya)
13. Tahdzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq)
14. Risalah fi al-Ladzdzat wal-Alam fi Jauhar al-Nafs
15. Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wal-Aql
16. Al-jawab fi al-Masa’il al-Tsalats
17. Risalah fi Jawab fi Su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi
Haqiqat al-Aql
18. Tharat al-Nafs
Dalam buku terjemahan
ini, ada keterangan dari Muhammad Baqir ibn Zain al-Abidin al-Hawanshari
mengatakan bahwa Ibnu Maskawaih juga menulis beberapa risalah pendek dalam
bahasa parsi. Karya-karyanya tidak sedikit dipengaruhi oleh filsafat
yunani, misal dalam buku al-Fauz al-Asghar dan al-Tahdzib al-Akhlak yang
bertumpu pada ajaran spiritualistis tradisional Plato dan Aristoteles dengan
kecenderungan Platonis. Bisa kita pahami bahwa Ibnu Maskawaih adalah
intelektual muslim yang produktif. Terlepas dari pengaruh filsafat yunani
Ibnu Maskawaih telah memberikan sumbangan kemajuan Islam melalui karya-karyanya
sebagai bentuk hasil pemikirannya.
C.
Pemikiran-Pemikiran Ibnu Maskawaih
Pemikiran Ibnu Maskawih
mencakup beberapa hal, diantaranya ialah:
1.
Ketuhanan
Menurut Ibnu Maskawaih
membuktikan adanya tuhan adalah muda, karena kebenarannnya tentangg
adanya tuhan telah terbukti pada dirinya sendiri dengan jelas. Namun
kesukarannya adalah karena keterbatasan akal manusia untuk menjangkaunya.
Tetapai orang yang berusaha keras untuk memperoleh bukti adanya, sabar
menghadapi berbagai macam kesukaran, pasti akhirnya akan sampai juga, dan akan
memperoleh bukti yang meyakinkan tentang kebenaran adanya.
Maskawaih mengatakan
bahwa sebenarnya tentang adanya tuhan pencipta itu telah menjadi kesepakatan
filosof sejak dahulu kala. Tuhan pencipta itu Esa, Azali (tanpa awal)
dan bukan materi (jisim).Tuhan ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung
pada kepada yang lain. Tampaknya pemikiran ini sejalan dengan pemikiran
Al-Farabi. Argumen yang digunakan Ibnu Maskawaih untuk membuktikan adanya
tuhan yang paling ditonjolkan adalah adanya gerak atau perubahan yang terjadi
pada alam. Argumen gerak ini diambil dari Aristoteles. Tuhan adalah sebagai
pencipta segala sesuatu. Menciptakan dari awal segala sesuatu dari tiada
menjadi ada, sebab tidak ada artinya mencipta.
Alam diciptakan oleh
Tuhan dari tiada, alam melami gerakan yang bersifat natur bagi alam yang
menimbulkan perubahan. Tiap-tiap bentuk yang berubah digantikan oleh bentuk
yang baru, bentuk yang lama menjadi tiada, dengan demikian terjadilah
ciptaan yang terus-menerus. Pendapat ini sepaham dengan pendapat
Aristoteles bahwa segala sesuatu selalu dalam perubahan yang mengubahnya dari
bentuk semula.[6]
Nampak pemikiran Ibnu
Maskawaih sepaham dengan pemikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa alam
semesta sebagai suatu proses penjadian. Walaupun demikian ia menganut teori
emanasi yang berbeda dengan Al-Farabi. Bagi Maskawaih Allah menjadikan alam ini
secara emanasi dari tiada menjadi ada, sedangkan menurut Al-Farabi alam
dijadikan secara pancaran dari sesuatu akal, bahan yang sudah ada menjadi
ada. Akan tetapi menurut Ibnu Rushd creatio ex nihilo hanyalah
interpretasi kaum teolog saja.
1. Ruh
Dalam buku terjemahan
Para Filosoof Muslim, M.M. Syarif dijelaskan pemikiran Ibnu Maskawaih tentang
ruh. Menurutnya ruh mencerap hal-hal sederhana dan kompleks, yang ada dan tidak
ada, yang terasakan dan yang terpikirkan. Ruh tidak mempunyai unsur;
unsur-unsur hanya terdapat pada materi. Ruh bersifat abadi dalam hal ini Maskawaih
mengadopsi pemikiran Plato yang menyatakan bahwa esensi ruh adalah gerak, sedang
gerak adalah kehidupan ruh. Maskawaih menerangkan bahwagerak ini terdiri atas
dua macam: pertama, gerak kearah intelegensi, dan kedua gerak kearah materi;
yang pertama diterangi, sedang yang kedua menerangi. Tetapi gerak ini kekal dan
tidak di dalam ruang sehingga ia tidak berubah. Melalui gerak pertama ruh mendekati intelegensi, yang merupakan ciptaan
pertama, sedang lewat gerak kedua, ia keluar dari dirinya. Karena itu ruhlebih
mendekati Tuhan melalui gerak pertama dan menjauh lewat gerak kedua. Yang
pertama membawa keselamatan dirinya, sedang yang kedua kebinasaan.
Terhadap kaum
materialis, Ibnu Maskawaih membuktikan adnya ruh dengan dasar bahwa pada diri
manusia terdapat sesuatu yang memberi tempat bagi perbedaan dan bahkan
pertentangan bentuk dalam waktu yang bersamaan. Tetapi sesuatu itu tidak dapat
berupa materi, karena materi hanya menerima satu bentuk dalam waktu tertentu.
Menurutnya ruh mempunyai tiga pembawaan: rasional, keberanian, hasrat, dan tiga
kebajikan yang saling berkaitan: bijaksana, berani dan sederhana. Dengan
keterkaitan ketiga hal itu akan diperoleh yang keempat yaitu kadilan. Pemikiran
ini juga agaknya tidak lepas dari pemikiran Plato, sehingga ia dikenal sebagai
Platonis.
2. Kenabian
Dalam pemikiran Ibnu Maskawaih,
nabi adalah seorang seorang muslim yang memperoleh hakikat-hakikat atau
kebenaran karena pengaruh akal aktif atas daya imajinasinya. Hakikat-hakikat
ini dapat diperoleh pula oleh para filosof. Tetapi ada perbedaan pada cara
untuk memperolehnya. Dikatakan kekuatan imajinasi seseorang mampu meningkat
lagi hingga melewati batas yang biasa pada kebanyakan manusia. Seseorang
setelah mencapai tingkat tersebut dapat berhubungan dan menangkap
hakikat-hakikat atau kebenaran.[7]
Bilamana seseorang melanjutkan
pemikiran terus menerus setelah tiba pada tingkatan tersebut maka tilikan
rohaninyan akan makin kuat dan tilikan pengamatannya makin tajam, dan
terpancarlah baginya hal ihwal illahiat sejelas-jelasnya. Sehingga perbedaan
mengenai cara memperoleh hakikat atau kebenaran antara nabi dan filosofialah
nabi memperoleh kebenaran diturunkan langsung dari akal aktif langsung kepada
kepada nabi sebagai rahmat Allah, sedangkan filosof memperoleh kebenaran dengan
cara berusaha dan berfikir secara terus menerus.
Menurut pemikiran Ibnu
Maskawaih manusia mengalami evolusi, berkembang bukan hanya secara fisik,
tetapi berkembang pula tingkat ecerdasannya, cara berfikirnya bertambah maju
sehingga menjadi bijaksana bahkan mendekati derajat malaikat. Manusia menurut fitrahnya
mempunyai kemampuan dan kemauaan untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini bisa
dicapai melalui mawas diri, perenungan, beribadah dengan baik, menjaga dan
membersihkan jiwa dari perbuatan jahat dan tercela.
3. Akhlak
Ibnu Maskawaih dikenal
sebagai tokoh muslim pertama kali yang menulis filsafat akhlak sehingga ia
dikenal sebagai moralis dan sejarawan. Ibnu Maskawaih menolaj ajaran yang
mengatakan bahwa kebahagiaan hanya dapat diperoleh setelah mati, dan menekankan
hal itu dapat pula dicapai di dunia. Kebahagiaan dapat dicapai dengan
mengupayakan kebaikan di dunia dan akhirat.
Mengikuti Aristoteles,
Maskawaih mengatakan bahwa kebaikan terletak pada segala yang menjadi tujuan.
Apa yang berguna untuk mencapai tujuan ini adalah baik, misalnya sarana-sarana
dan tujuan ini adalah baik. Tetapi kebahagiaan atau kebaikan merupakan sesuatu
yang relatif bagi pribadi. Kebajikan /kebaikan ada kalanya bersifat umum dan
bersifat khusus, ada kebajikan mutlakda ada ilmu peengetahuan luhur dimana
orang yang baik akan berusaha mencapainya. Kebaikan umum adalah menjadi tujuan
semua manusia, sedangkan kebaiak khusus ialah kebaikan relatif bergantung pada
setiaporang.
Di dalam bukunya
Tahdzib al-Akhlak wa Tath-hir al-A’raqi, Ibnu Maskawaih menguraikan bahwa
manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat sebagai berikut:
- An-Nafs al-bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.
- An-Nafs as-sabu’iyah (nafsu binatang buas) yang sedang
- An-Nafs an-nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.
Sifat buruk dari jiwa
telah mempunyai kelakuan pengecut, ujub, sombong, penipu. Sedang sebagai
khususiyat dari jiwa yang cerdas ialah mempunyai sifat adil, harga diri,
berani, pemurah, benar dan cinta. Diantara manusia ada yang baik dari asalnya.
Golongan ini tidak akan cenderung berbuat kejahatan. Namun golongan ini
minoritas. Sedangkan golongan yang mayoritas adalah golongan yang dari asalnya
sudah cenderung kepada kejahatan sehingga sulit untuk ditarik cenderung kepada
kebaikan. Sedangkan diantara kedua golongan tersebut ada golongan yang dapat beralih
kepada kejahatan. Hal ini tergantung pada pendidikan dan lingkungan ia hidup.[8]
Dari pemikirannya ini
kita pahami bahwa sifat baik dan buruk sebagai fitrah dapat dipengaruhi oleh
pendidikan dan lingkungan. Olek karena itu pendidikan dan lingkingan yang islami
akan menciptakan manusia dengan akhlak yang baik dan sebaliknya.
IV. KESIMPULAN
Nama lengkap Ibnu Maskawaih
ialah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Maskawaih. Ia lahir pada tahun 320
H/932 M. Di rayy (sekarang Teheran), dan meninggal di isfahan pada tanggal 9
Shafar tahun 412 H/ 16 Februari 1030 M. Ibnu Maskawaih hidup pada masa dinasti
Buwaihi (320-450 H/932-1062 M) yang sebagian besar pemukanya bermazhab Syi’ah
dan beliau pernah menjadi bendahara sehingga mendapat gelar al-Knazain dan
gelar Abu Ali, indikasi inilah yang membuat ia dianggap penganut Syi’ah.
Dalam dunia islam
beliau dikenal sebagai seorang sejarawan, sastrawan, filosof, dan moralis
karena luasnya ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Menurut pemikirannya Tuhan
adalah pencipta tidak berjisim dan azali. Tuhan Esa, Ia tidak terbagi dan tidak
mengandung kejamakan dan tidak ada yang setara denganNya. Ia ada tanpa
diadakan, adanya tidak bergantung pada yang lain sementara yang lain
membutuhkanNya.
Banyak dari
pemikirannya yang dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan Aristoteles tetapi lebih
platonis. Dalam hal penciptaan alam semesta misalnya yang diciptakan dari
sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Pada masalah esensi ruh yang kekal
dan bergerak. Terlepas dari pengaruh pemikiran yunani tersebut pemikiran Ibnu
Maskawaih berpengaruh pada perkembangan islam yang telah memberika kemajuan
dalam masalah akhlak terutama.
Beliau adalah orang
yang pertama kali menulis tentang akhlak melalui karya-karya beliau yang mazhur
seperti namanya. Manusia ada yang memiliki sifat baik dari asalnya yang
jumlahnya sedikit dan cenderung untuk berbuat baik, ada yang memiliki
sifat buruk dari aslnya yang jumlahnya banyak dan cenderung berbuat jahat, dan
diantara keduanya ada golongan yang dapat beralih pada kejahatan hal ini
tergantung pada pendidikan dan lingkungandimana ia tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin,Husayn,
Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
E. Tamburaka, Rustam, Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat
dan IPTEK, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Nata,Abuddin, pemikiran para tokoh pendidikan islam, Jakarta: PTRaja
Grafindo Persada, 2003.
Sou’yb, Yoesoef, Pemikiran Islam Merobah Dunia, Jakarta: Madju,
1984.
Suharsono, Filsafat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.
[1] Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A, Ilmu
Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan IPTEK, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002). Hlm. 188
[2] Dr. H. Abuddin Nata, MA,
Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada,
2003), hlm.5
[3] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh
dalam Sejarah Islam, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 154
[4] Yoesoef Sou’yb, Pemikiran Islam
Merobah Dunia, (Jakarta: Madju, 1984), hlm. 120
[5] Drs. Suharsono, S.H, Filsafat
Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 91-92
[6] Ibid.
Hlm. 91-92
[7] Yoesuf Sou’yb, Op. Cit, hlm.123
[8] Drs. Sudarsono, Op. Cit, hlm. 89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar