KONSEP
PENDIDIKAN PARA NABI
(Konsep Pendidikan Islam Yang Digunakan Nabi Ibrahim AS Yang Menjadi
Tauladan Bagi Ummat Islam)
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata
Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Zainal Khafidzin, M.Ag

Disusun
Oleh :
Ahmad
Abdul Aziz
NIM :
112423
Kelas
: L-PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PRODI PAI
2014
A.
Latar
Belakang Masalah
Kisah-kisah dalam Alquran memiliki hikmah
dan ibroh yang tidak akan habis tergali sampai kapanpun, teladan yang abadi
dicontohkan dalam sosok-sosok yang dikisahkan dalam Alquran, salah
satunya Sosok Nabiyullah Ibrahim AS. Beliau adalah adalah sosok
seorang Rosul, pendidik, Ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan
ummat. Tak ada lagi yang meragukan kualitas keimanan, keshalihan dan
kepemimpinannya sebagai seorang nabi, utusan Allah. Demikian pula
tentunya dengan perannya sebagai ayah dan pendidik. Namun memang tidak
mudah untuk begitu saja memahami atau mencerna konsep-konsep pendidikannya
dalam mendidik keluarga dan ummat.Kalau kita coba mentadabburi firman Allah dalam
Surat Ashaffat Ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya :“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. (QS.
Ashaffat:102)
Kita bias tarik kesimpulan bahwa
bukan pendidikan biasa yang menghasilkan anak luar biasa yang dengan
ahlaq yang mulia, keimanan yang memuncak, kesabaran yang tak
terbayang, kepasrahan dan terhadap Allah dengan tanpa ada ragu sedikitpun
menerima dan melaksanakan perintah Allah dan orang tuanya. Maka tidak
berlebihan kemudian Allah abadikan dalam ayat lain:
إِنَّ
اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى
الْعَالَمِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (Ali Imran: 33)
Demikian juga Allah SWT
memerintahkan ummat ini untuk mengambil tauladan dari Nabi Ibrahim berikut
orang –orang yang bersamanya, sebuah jaminan keidealan contoh dan model dalam
semua aspek kehidupan khususnya dalam masalah pendidikan. Konsep-konsep
pendidikan Nabi ibrahim inilah yang coba kita akan kupas dan kita kaji untuk
kita jadikan acuan dan teladan dalam pendidikan islam khususnya pendidikan
keluarga muslim.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini
pada dasarnya problem yang bersumber dari latar belakang masalah. Adapun
rumusan masalah Sehubungan
dengan latar belakang di atas maka didalam makalah ini adalah bagaimana konsep
pendidikan yang di ajarkan oleh Nabi Ibrahim AS di dalam proses pendidikan. sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian Pendidikan Islam ?
2. Apa Siapakah Nabi Ibrahim dan keluarganya ?
3. Apa Tujuan pendidikan dalam konsep pendidikan islam
yang digunakan oleh Nabi Ibrahim AS sehingga menjadi tauladan bagi ummat islam
?
4. Apa Metode Pendidikan dalam konsep Pendidikan Nabi
Ibrahim AS ?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini pada
dasarnya adalah menjawab sejumlah rumusan masalah adapun tujuan manfaat
penulisan yaitu :
1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui gambaran
bagaimana cara mendidik sesuai ajaran Nabi Ibrahim AS.
3.
Untuk memberikan informasi
kepada para pembaca bagaimana tujuan, Konsep dan metode pendidikan para Nabi khususnya
pendidikan yang diajarka Nabi Ibrahim.
D.
Pembahasan
1.
Pengertian Pendidikan Islam
Pengertian Konsep dan Pendidikan
Islam Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.[1]
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram
surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa
yang digunakan untuk memahami hal- hal lain (Tim Penyusun, 1989: 456).
Pendidikan Islam Menurut Arifin
(1993:237) sebagaimana dikutif oleh Dr. Abdullah Idi, M.Ed menyatakan
bahwa rumusan tujuan pendidikan islam adalah merealisasikan manusia muslim yang
beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya
kepada sang khalik dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri
kepadaNya dalam segala aspek kehidupan dalam rangka mencari keridhanNya.[2]
Prof. Dr Abuddin Natta MA mengungkapkan secara sederhana pendidikan islam dapat
diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam
sebagai mana yang tercantum dalam al-qur’an dan al-hadits serta dalam pemikiran
para ulama dalam peraktek sejarah umat islam.[3]
Pendidikan islam menurut Burlian
somad; Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu
menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan
isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah.[4]
Sedangkan menurut syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas pendidikan islam adalah
usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan
pengakuan tempat – tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat
tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan.[5]
2.
Nabi Ibrahim AS dan Keluarganya
Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin
Azar (tarikh) bin tahur bin saruj bin rau’ bin falij bin Aabir bin Syalih bin
Arfakhsyad bin saam bin Nuh AS. Menurut ibnu kastir nama lengkapnya adalah
Ibrahim bin tarikh (250) bin Nahur (148) bin Sarugh (230) bin Raghu (239) bin
Faligh (439) bin Abir (464) nbin Syalih (433) bin Arfakhsyadz (438) bin saam
(600) bin Nuh AS. Istri nabi Ibrahim yang pertama adalah sarah sedang
yang kedua adalah hajar. Adapun anak anak beliau adalah Nabi Ismail dari
istrinya Hajar, dan Nabi Ishaq dari Istrinya Sarah, kemudian dari Nabi Ishaq
mempunyai anak Nabi Ya’qub kemudian Nabi Yusuf dan dari keturunan Nabi
Ismail Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
3.
Tujuan pendidikan dalam konsep Nabi
Ibrahim AS.
Sebuah pendidikan harus mempunyai
tujuan, dan tujuan pendidikat islam secara umum adalah sama dengan misi manusia
itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah dan
menjadi khholifah dimuka bumi. Adapun nabi Ibrahim lebih menspesifikkan lagi
dan lebih mendetailkan tujuan pendidikan dalam konsep Beliau, atau dengan
bahasa lain yaitu menjadi muslim yang taat dan menjadi imam dan teladan bagi
yang lain. Yaitu :
a.
Menjadi muslim yang taat dan patuh
kepada Allah SWT
Firman Allah SWT:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا
بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ
Artinya : Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al Baqarah: 132)
Inilah tujuan pendidikan dalam konsep
nabi ibrahim berikut juga anak-anak beliau yang juga menjadi nabi. Didorong
juga karena suatu kekhawatiran yang selalu menghinggapi mereka yang
mendorong mereka untuk mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan islam dan
jangan sampai mereka lepas dari agama tercita ini. Terungkap kekhwatiran mereka
dengan sebuah pertanyaan orang tua terhadapap anaknya yang sekarang sudah mulai
dilupakan olah kebanyakan orang tua masa sekarang, firman Allah:
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ
إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ
وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَـهًا وَاحِدًا
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 133)
Pertanyaan; “apa yang akan kausembah
sepeninggalku?” Inilah yang semestinya menjadi tujuan pendidikan tiap orang tua
sekarang, dan Tujuan pendidikan islam adalah tujuan manusia itu sendiri
diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk menyembah dan menjadi hamba Allah yang
muttaqin, sebagaimana ayat diatas.
b.
Menjadi imam para muttaqin
وَإِذِ
ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ
لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي
الظَّالِمِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya
dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah
berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim”. Ujian
terhadap Nabi Ibrahim a.s. di antaranya: membangun Kakbah, membersihkan Kakbah
dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan
lain-lain. (QS. Al Baqarah: 124)
Sejalan dengan firman Allah SWT.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
Artinya : Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan Kami,
anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al Furqan: 74)
Suatu tujuan yang luar biasa.
Menjadi orang muttaqin sangatlah tidak mudah apalagi menjadi imam
orang-orang muttaqin, ada beberapa tafsiran tentang kata imam diayat
tersebut. Ibnu Abbas, Al hasan, Qatadah, Asuddy, dan Ar robi’ bin anas berkata:
maksud kata imam diayat tersebut adalah imam yang jadi panutan dan teladan dalam
kebaikan. Sebagian yang lain memberikan makna: imam muttaqin adalah menjadi
penunjuk jalan bagi orang orang yang dapat hidayah dan menjadi dai untuk
menyeru kapada kebaikan, dengan harapan apa yang dilakukan, diserukan dan
ibadah yang diprektekkan diteruskan oleh anak anak mereka juga siapa saja,
sehingga menjadi amal yang bersambung tak henti memmberikan pahala
yang melimpah meski sudah meninggal dunia pemilik amalnya.
c.
Peserta Didik
Nabi Ibrahim AS. Mendidik dan
berdakwah kepada semua lapisan dan dengan berbagai jenis dan latar belakang,
serta beragam metode yang digunakan. Adapun peserta didik yang pertama dan
utama adalah keluarga beliau sendiri, yaitu anak dan istri, kemudian orang tua
baru kemudian kaumnya. Pendidikan keluarga menjadi prioritas pertama
sebelum ke yang lain sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ
غِلاَظٌ شِدَادُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim: 6)
Maka Nabi Ibrahim memulai dari
keluarganya dulu dari anak-anaknya kemudian istri dan keluarga besarnya, lalu
ummatnya, Tergambar dalam beberapa ayat Allah SWT sebagai berikut:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ
اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya : “dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam”. (Qs. Al Baqarah: 132)
Dari ayat diatas Nabi ibrahim
mendahulukan kelurganya sebelum kemudian masyarakat dan ummatnya
secara umum untuk didakwahi dan dilakukan proses penyadaran dan
pendidikan. Demikianlah konsep pendidikan Islam harus dimulai dari dalam rumah,
rumah adalah “Madrasah ula” bagi anak-anak sebelum mendapatkan pendidikan dan
bimbingan dari lingkungan masyarakat dan sekolah atau lembaga lembaga formal
lainnya. Dan sebagai pendidik demikian juga harus menjadikan rumah, anak dan
keluarganya menjadi teladan bagi keluarga yang lain sehingga dakwah dan
bimbingan akan lebih berpengaruh bagi objek dakwah atau peserta didik.
d.
Materi Pendidikan dalam Konsep
Pendidikan Nabi Ibrahim.
Islam adalah agama yang syamilah dan
mutakamilah, mencakup semua aspek kehidupan, maka materi pendidikan islam juga
harus menggunakan konsep syumuliyah. maka materi pendidikan islam juga harus
terpadu, tidak sekuler, Total tidak juz’iyyah atau parsial, firman Allah
SWT. Al Baqarah, 208:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي
السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
4.
Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS.
Konsep pendidikan Nabi Ibrohim
merupakan sebuah pola atau rancangan pendidikan yang diambil dari proses
pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Sebagi konsep tentu tidak lepas
dari komponen komponen Pendidikan yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta didik,
Materi Pendidikan, Metode, sarana dan media serta pendidik dengan sifat
sifatnya.
Konsep pendidikan Nabi Ibrahim AS.
1.
Masalah Aqidah dan Ketauhidan.
Tergambar dalam beberapa ayat
komunikasi dakwah antara Nabi ibrahim dengan bapaknya demikian juga kaumnya
frman Allah:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا ءَالِهَةً إِنِّى أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Artinya : “ dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya, Aazar, Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata.” (QS. Al Anam: 74)
Kita juga bisa lihat dalam kisah
ketauhidan dan gambaran keimanan serta aqidah yang kuat sebagai pelajaran bagi
kita semua, yaitu pada saat Nabi Ibrahim AS. Dibakar hidup-hidup oleh penguasa
yang berseberangan aqidah dengan beliau setelah kejadian penghancuran berhala
oleh Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al Quran Surat Al Anbiya’ ayat 51-70.
Firman Allah:
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ
فَاعِلِينَ قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى
إِبْرَاهِيمَ
Artinya : “ mereka berkata: “Bakarlah Dia dan bantulah
tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai
api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, QS. Al
Anbiya’, 68-69
Ketika Nabi Ibrahim diikat kalimat yang
beliau katakan adalah :
“لا إله إلا أنت سبحانك رب العالمين لك الحمد ولك
الملك لا شريك لك “
Artinya : “Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali
Engkau, Maha suci Engkau wahai rabb semesta alam bagi-Mu segala puji, dan
bagi-Mu kerajaan tiada sekutu bagi-Mu”.[6]
Lalu ketika dilemparkan kedalam api beliau mengatakan:
حسبنا الله ونعم الوكيل
Artinya : “cukuplah bagi kami, Allah sebagai
pelindung”
عن ابن
عباس أنه قال : حسبنا الله ونعم الوكيل قالها إبراهيم حين ألقي في النار وقالها
محمد حين قيل له : { إن الناس قد جمعوا لكم فاخشوهم فزادهم إيمانا وقالوا حسبنا
الله ونعم الوكيل * فانقلبوا بنعمة من الله
وفضل لم يمسسهم سوء } الآية
Dari Ibnu Abbas sesungguhnya beliau
berkata: kalimat “hasbunallah wani’mal wakiil” diucapkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Ketika dilemparkan kedalam api, demikian juga diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketika dikatakan kepada beliau ( pada perang Ahzab atau perang khondaq):
“(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong
Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat
dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa,
mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. Hal
ini memberikan gambaran sikap ketauhidan Nabi Ibrahim, keimanan yang kuat,
aqidah yang lurus. Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan adalah Allah
sebaik-baik pelindung.
Demikian juga firman Allah surat Al An’am ,162.
قُلْ
إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : Katakanlah sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al
An’am, 162)
2.
Ibadah
Ibadah dan tazkiyyatun nufus sebagai
manifestasi tujuan dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah SWT dan
selalu melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori hati,
Sholat, doa, haji, menunaikan nazar, dan semua perintah Allah serta menjauhi
larangan-larangannya, serta mengikhlaskan semua ibadah hanya karena Allah.
Firman Allah:
رَبَّنَآ إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاَةَ
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ
الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya : “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim 37)
رَبِّ
اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
Artinya : Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.
(QS. Ibrahim: 40)
Suatu permohonan kepada Allah yang
dilakukan oleh seorang nabi tentu setelah melakukan ikhtiar yang sudah
maksimal, dan sudah melakukan proses pembinaan dan pendidikan sebelumnya, dalam
doa yang dimunajatkan beliau meminta agar Allah memberikan kekuatan kepada
mereka untuk tetap istiqamah dan mendirikan sholat.
Hadist Ibnu abbas, mustanna
menceritakan dari ishaq, Muhammad bin Harbi, Ibnu Lahi’ah dari Ab u Hurairah,
Hinsi dari Ibnu Abbas Nabi Ibrahim diuji oleh Allah dan dapat mnyempurnakannay
yaitu enam pada diri manusia dan empat dalam ibadah haji, pada diri manusia
yaitu mencukur kumis, khitan, mencabut bulu ketiak, menggunting kuku, mencukur
bulu kemaluan, mandi pada hari jumat dan empat lagi pada ibadah haji: thowaf,
sa’I antara showa dan marwa, melempar jumrah dan ifadhah dan dlam keterangan
ismail bin kholid redaksinya ujian itu adalah ibadah haji.[8]
3. Tazkiyatunnufus
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لإِبْرَاهِيمَ
إِذْجَآءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : “dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk golongannya (Nuh),
(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS.
Ashoffat : 83-84)
Hati yang bersih dan suci adalah
gambaran hasil proses tazkiyyatun nufus yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
4.
Ahlaq Al Karimah
Cakupan pembahasan ahlaq dalam
pendidikan islam amatlah luas dia mencakup ahlaq kepada Allah, akhlak kepada
kedua orang tua, akhlaq kepada sesama manusia dan akhlaq kepada siapapun juga,
Firman Allah: menggambarkan ucapan nabi Ibrahim AS.
ö فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّرَبَّ الْعَالَمِينَ
الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي
وَيَسْقِينِ وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ وَالَّذِي
يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي
يَوْمَ الدِّينِ رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي
بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي اْلأَخِرِينَ وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةَ النَّعِيمِ
وَاغْفِرْ لأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّآلِّينَ
وَلاَتُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ
وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : “karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah
itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (Yaitu Tuhan) yang telah
menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,dan Tuhanku, yang Dia memberi
Makan dan minum kepadaKu,dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan
Aku,dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),dan
yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Ibrahim
berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh,dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) Kemudian, dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang
yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan,dan ampunilah bapakku, karena
Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah
Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih”, QS. Asyuaro’: 77-89
Ahlaq terhadap sesama muslim dengan
dianjurkannya berpegang teguh pada kitab Allah dan tidak boleh pecah belah
diantara mereka, firman Allah:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا
وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى
الْمُشْرِكِينَ مَاتَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ
وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
Artinya : Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang
agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”
.QS.Asyura: 13
5.
Metode Pendidikan dalam konsep
Pendidikan Nabi Ibrahim AS
Setelah kita tadabburi ayat ayat
yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dapat ambil beberapa bentuk metode
yang Nabiyullah Ibrahim AS gunakan dalam pendidikan.
a.
Metode Keteladanan atau Uswah
Hasanah
Keteladanan merupakan salah satu
metode dalam pendidikan Islam yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik.
Apalagi dizaman sekarang ini yang miskin keteladanan. Allah jadikan Nabi
Ibrahim sebagai teladan bagi keluarga, anak dan ummatnya dalam menunaikan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, demikian juga akhlaq
kesehariannya. Sampai kita ummat Muhaamd SAW juga diperintahkan untuk mengambil
teladan dari Abul Anbiya’ ini, Firman Allah dalam QS. QS. Al Mumtahanah 4
dan 6
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا
قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِن شَيْءٍ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا
وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada
bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada
dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya
Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah
Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.”
Sebagaimana kita juga diperintahkan meneladani
Rosulullah Muhammad SAW. Dalam semua aspek kehidupannya. QS. Al Ahzab:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. QS.
Al Ahzab: 21
Banyak sekali keteladanan yang
diberikan oleh Nabi Ibrahim bagi keluarganya, ummatnya dan juga ummat
Muhammad SAW yang tersebar di berbagai surat dalam Al Quran: diantaranya
Keteladanan dalam kesabaran, Keteladanan dalam keimanan, Keteladanan dalam
bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang Allah berikan, Keteladanan dalam
kehanifannya. Firman Allah SWT:
b.
Metode nasihat
Metode nasehat dalam Alquran
digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan yang
diharapkan. Metode ini juga menempati posisi yang sangat penting dalam proses
pendidikan islam dan penanaman nilai nilai sebagaiman firman Allah: QS An Nahl:
125
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. QS. An Nahl: 125
Hikmah ialah Perkataan yang tegas
dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Nasehat
atau juga bisa dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara
yang baik dan disesuaikan dengan situaisi dan kondisi yang tepat akan sangat
berpengaruh pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim menggunakan metode ini dalam
pendidikan anak-anaknya. tergambar dalam firman Allah SWT. QS. Al Baqarah: 132
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا
بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ
Artinya : dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam”. QS. Al Baqarah : 132
Sebagaimana Allah mensifati manusia
dengan sifat orang yang merugi ketika orang tersebut tidak mau saling nasehat
menasehati dalam ketaqwaan, kesabaran, kebenaran dan dalam kasih sayang.
c.
Metode dialog
Salah satu metode yang digunankan
nabi Ibrahim adalah metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan
memantapkan pangetahuan peserta didik yang dia miliki. Dialog yang begitu
mengharukan sekaligus sarat dengan ibroh pendidikan sekaligus menggambarkan
tingkat keimanan yang sangat tinggi dari pendidik ( Nabi Ibrahim) dan peserta didik
(Nabi Ismail)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
QS. AshShoffat: 102
Subhanallah terlihat jelas ,
sang ayah yang shalih ini menuntun dan mendidik anaknya dengan cara yang bijak
agar sama-sama patuh kepada semua perintah Allah betapapun beratnya.
Beliau menggunakan metode dialogis dengan seolah-olah meminta pendapat
putranya, “Ya anakku, aku melihat di dalam mimpiku, aku menyembelihmu.
Bagaimana menurut pendapatmu?” Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan
ketegasan dan kesabaran seorang anak, “Ya ayah, kerjakanlah apa yang Allah
perintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk golongan
orang-orang yang sabar.” Dari dialog tersebut kita melihat bagaimana seorang
anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat perintah Allah yang begitu
berat. Lalu dengan segala kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata
insya Allah, Ismail berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ia siap membantu ayahnya
untuk mentaati perintah Allah tersebut.
Metode ini juga digunakan Jibril AS
ketika mengajarkan tentang prinsip-prinsip agama dimajlis Rosulullah SAW.
Demikian juga Rosulullah dengan shahabat shahabatnya. Sebagaimana hadist
Mudz bin Jabal yang ditanya Rosullullah tentang Hak hamba atas Allah dan hak
Allah atas hamba. Metode ini ternyata memang sangat efektif karena objek ikut
aktif menimba pengetahuan, posisinya tidak pasif dan beku
d.
Metode Adu Argumen
Metode ini digunakan Nabi Ibrahim
untuk mementahkan aqidah mereka yang sesat yang menuhankan berhala dan benda
antariksa, firman Allah SWT.
وَحَآجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللّهِ
وَقَدْ هَدَانِ وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَاء رَبِّي
شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ
Artinya : “dan Dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata:
“Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah
memberi petunjuk kepadaku”. dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari)
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku
menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan Tuhanku meliputi segala
sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ” QS.
Al Anam: 80
6.
Sarana dan Media Pendidikan
Islam dalam konsep Nabi Ibrahim
Pendidikan membutuhkan sarana demi
kelancaran dan suksesnya proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang
diharapkan, diantara sarana-sarana yang digunakan Nabiyullah Ibrahim, AS dalam
konsep pendidikannya adalah:
a.
Baitullah
Salah satu sarana dalam mentarbiyyah
adalah mencari atau membentuk biah/lingkungan yang shalihah.
Representasi biah/lingkungan yang shalihah bagi Nabi Ibrahim adalah Baitullah
al muharram (rumah Allah yang mulia), dan kalau kita adalah masjid secara
umum. Mendekatkan anak-anak dan peserta didik dengan masjid sejak dini
sangatlah bagus. Termasuk Salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di
saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya selalu cenderung kepada
masjid. Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al quran. QS.
Ibrahim :37
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
Artinya : Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.
b.
Benda Antariksa
Ada sedikit perbedaan pendapat para
mufassirin atas posisi nabi Ibrohim dalam ayat Al-Quran apakah beliau
sedang mencari tuhan ( Nadhir) atau posisi adu argument dan iqomatul hujjah
(Munadzir) terhadap kaumnya yang menyembah berhala dan benda antariksa, namun
pendapat yang kuat adalah bahwa posisi Nabi Ibrahim adalah iqomatul hujjah dan
pengingkaran terhadap apa yang dilakukan ummatnya . dimulai dari pengingkaran
terhadap ayahnya yang membuat dan menyembah berhala dengan argument ergumen
yang tegas dan jelas, kemudian beralih ke benda antariksa, yang satu persatu di
mentahkan oleh Nabi Ibrahim atas kelayakannya sebagai tuhan. Mulai dari
bintang, kemudian bulan dan terakhir matahari. Sebagai bukti dan dalil
kebenaran pendapat ini adalah penutup rentutan ayat tersebut yaitu :
قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan
tuhan.
Jadi Nabi Ibrahim menggunakan alam
semesta sebagai sarana dan media untuk mendidik, mengajari dan membantah
argument para penyembah berhala dan benda antariksa. Inilah media yang nyata
yang langsung bisa dirasakan dan diindra. Sehingga tidak bisa terbantahkan
lagi. Sebagaimana adu argumen Nabi Ibrahim dengan penguasa ketika itu Raja
Namrudz yang mengaku sebagai tuhan yang di abadikan dalam Al Quran.
7.
Sifat –sifat Nabi Ibrahim AS
Sebagai Pendidik
Allah swt menyebut Nabi Ibrahim
dengan sebutan “Ummah” dalam surat An Nahl, sebutan khusus yang kemudian
dilanjutkan dengan sifat sifat ummah tersebut:
¨ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً
Para mufassirun memberikan makna
kaliamat ummah adalah sebagai berikut, Ibnu masu’d ra. Memberi makna ummah
adalah muallimul khoir /orang yang mengajarkan kebaikan atau dikesempatan yang
lain beliau menyebut muallimunnasa al khoir/orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusi, sehingga beliau menjuliki Muadz bin jabal ra. dengan jululukan :
إن معاذًا كان
أمة قانتا لله حنيفا
Sedang ibnu umar ra: memberi makna ummah adalah
Muallimunnasa dinahum / orang yang mengajarkan agama kepada manusia. [9]
Berdasarkan tafsir para mufassirin
diatas maka Nabiyullah Ibrahim AS adalah muallim, pengajar dan pendidik yang
diungkapkan dengan ungkapan ummah oleh Allah SWT. Yang mempunyai sifat
dan akhlaq utama sebagai pendidik. Seorang pendidik harus menghiasi diri dengan
ahlaq mahmudah dan sifat-sifat asasi bagi seorang pendidik. Karena peserta
didik akan melihat sebelum mendengar apa yang akan disampaikan. Ahlaq menjadi
syarat pokok dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan. Sebagai contoh betapa
pentingnya ahlaq bagi seorang pendidik.
Imam adzdzahabi berkata: Imam Ahmad
majlisnya dihadiri tidak kurang dari 5000 orang, hanya sekitar 500 orang yang
mencatat dan menulis hadist dari beliau selebihnya mereka memperhatikan
sifat-sifat, ahlaq, dan adab beliau.[10] Imam
Abu Bakr Al muthowii rohimahullah berkata: saya berinteraksi dengan imam Ahmad
bin hambal selama 12 tahun. Dan selama itu beliau menbacakan kitab musnadnya
kepada anak-anak anaknya, tidak satupun hadis yang aku tulis darinya, saya
hanya memperhatikan petunjuk petunjuknya dan ahlaqnya.[11]
Ada banyak sifat yang telah
dicontohkan oleh nabiyullah Ibrahim AS. Sebagai seorang Nabi sebagai pendidik
yang bias kita jadikan pelajaran dalam mendidik anak anak kita dan juga murid
murid kita semua:
1.
Patuh kepada Allah
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ
حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِين
Artinya : Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam
yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan sekali-kali
bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), QS. An Nahl:120
Makna qonitan dalam ayat diatas:
menurut ibnu mas’ud Qonitan artinya selalu taat kepada Allah dan Rosul-Nya,
sedang ibnu Kastir : member makna orang yang khusus’ dan taat.[12]
Inilah sifat asasi bagi seorang pendidik, dia harus taat kepada Allah dan
Rosulnya, melakasanakan perintah perintah-Nya dan menjauhi larangan
larangan-Nya.
2.
Hanifan / حنيفا
Ibnu Katsir dalam tafsirnya
menjelaskan makna hanifan adalah orang yang mentauhidkan Allah dan berpaling
dari kemusyrikan, maka diakhir ayat ditutup dengan “ dan ibrohim bukan termasuk
orang orang yang musyrik”
حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ujung dari ke “hanifan” adalah
keikhlasan dalam melaksanankan semua tugas pendidik, dengan keikhlasan, seorang
Pendidik akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan hati yang
ringan dan lapang meskipun sebenarnya tugas yang dilaksanakan itu berat, sebaliknya,
tanpa keikhlasan, meskipun ringan tugas yang akan dilaksanakan, dia akan
merasakan sebagai sesuatu yang berat. Perintah harus berlaku ikhlas terdapat
dalam firman Allah:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ
دِينُ الْقَيِّمَةِ.
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan penuh keihlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama
dengan lurus, dan supaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus (QS. 98:5).
2.
Mensyukuri Nikmat yang Allah
berikan/ لأنعمه
شاكرا
شَاكِرًا لأَنْعُمِهِ
Artinya : “(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
QS. An Nahl: 121
Minimnya gaji serta keterbatasan
sarana yang ada sering memunculkan ketidak ikhlasan dan kurang qonaah dalam
menjalankan proses pendidikan. Yang pada akhirnya menjadi orang yang suka
berkeluh kesah dan tidak bias menyukuri kondisi yang ada. Maka dari itu jiwa
yang pandai bersyukur akan banyak membawa kenbaikan dan keberkahan, baik bagi
diripendidik maupun orang orang sekitarnya khususnya peserta didik. Rosulullah
SAW bersabda:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ
-صلى الله عليه وسلم- عَلَى الْمِنْبَرِ « مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ
يَشْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ
رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
Artinya : Bari annu’man bin bisyr berkata. Rasulullah
SAW bersabda: barang siapa tidak bias mensyukuri yang sedikit maka dia tidak
akan bias menyukuri yang banyak. Dan barang siapa tidak bisa bersyuku/
berterikasih kepada manusia maka dia tidak akan bisa berterima kasih kepada
Allah, mengungkapkan kenikmatan adalah syukur nikmat sedangkan,
meninggalkannya adalah kufur.berjamaah adalah rahmah dan perpecahan adalah
musibah, As Shidq/ Jujur.[13]
Kejujuran amatlah mahal, bahkan
Rosulullah berani menjamin orang yang jujur dan menjaga lisan dari berkata yang
tidak benar dengan surga. Sabda Rosulullah SAW:
عنسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « مَنْ يَتَكَفَّلُ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ
رِجْلَيْهِ أَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ »
Dari sahl bin sa’ad berkata, Rosulullah SAW bersabda:
barangsiapa menjamin bagiku keselamatan antara kumis dan jenggotnya (mulut) dan
antara kedua pahanya (kemaluannya) maka aku jamin baginya surga.[14]
3.
Amanah atau wafa’
وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى
Artinya : “dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji? “ QS. An Najm: 37
Tugas mendidik merupakan amanah yang
amat berat, peserta didik bila mereka adalah anak dan istri kita, maka mereka
adalah amanah dari Allah yang harus betul betul kita jaga, dan akan dimintai
tangung jawab diakhirat nanti dihadapan Allah SWT. Demikian juga peserta didik
di lembaga formal tempat kita bertugas, maka kita memikul amanah dari para
orang tua anak didik kita, yang akan kita pertanggung jawabkan dihadapan mereka
sekaligus juga dihadapan Allah nanti. Maka seorang pendidik harus memilki sifat
amanah dan menunaikan semua tugasnya. Sebagaimana qudwah kita Nabiyullah
Ibrahim AS, demikian juga nabi kita Muhammad SAW.
4.
Cerdas dan Berilmu tinggi/ أُوْلِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَقَ
وَيَعْقُوبَ أُوْلِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
Artinya : “dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim,
Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu
yang tinggi. QS. Shaad:45
Menurut ibnu Abbas: makna ulul aidy
adalah yang punya kekuatan, sedangkan absor adalah kefahaman terhadap agama.
Menurut Mujahid makna ulul aidi adalah kekuatan untuk melaksanakan ibadah
sedangkan al absyor adalah mampu melihat al haq/ kebenaran. Imam Qatadah dan
Suddy: Ululul aidi wal absyor adalah : Allah karuniakan kekuatan dalam ibadah
dan kemampuan memahami agama.[15]
5.
Ashobru/ Sabar
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ
الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ
لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّن نَّهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا
الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : “ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang
yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah
kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang
diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka
tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”. QS. Al Ahqah: 35.
Banyak bentuk-bentuk kesabaran yang
telah dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim AS. Diantaranya adalah:
- Kesabaran yang luarbiasa dalam berdoa untuk menanti untuk mendapatkan keturunan, yang pada akhirnya dikabulkan oleh Allah meskipun ketika lahir Nabi Ismail beliau sudah berumur 70 tahun sedangkan Nabi Ishaq lahir ketika umur beliau 100 tahun.
- Kesabaran beliau untuk melaksanakan perintah Allah yaitu menyembelih anak tercinta yang ditunggu sekian lama.
- Kesabaran Beliau dalam mentarbiyah diri dan keluarganya
- Kesabaran beliau dalam mendakwahi bapaknya dan ummatnya
- Kesabaran Beliau dalam menanggung resiko dakwah dan di bakar hidup-hidup oleh Raja Namruz
Demikianlah seorang pendidik harus
mempunyai kesabaran yang berlapis dalam menjalankan proses pendidikan,
sebagaimana perintah Allah :
6.
Lemah lembut dan halus perasaan
(arrifqi wal hilmu)
Kita lihat betapa contoh yang
luarbiasa tergambar dalam dakwah Nabi Obrahim kepada bapaknya. Ibnu katsir
dalam Qasasul Anbiya’ menjelaskan: didalam surat maryam mulai ayat 41 sampai
50, Allah menjelaskan komunikasi dakwah antara NAbi Ibrahim dengan bapak dengan
sehalus-halusnya tutur bahasa dan sebaik-baiknya isyarat. Beliau
menjelaskan kebatilan sesembahan bapaknya dengan menyatakan bahwa “berhala yang
disembah bapaknya tidak bias berbicara, tidak pula bias mendengar, tidak bias
bermanfaat untuk dirinya ataupun yang lainnya. Tidak bias menolong dirinya
tidak pula bias memberi rizki. Kemudian beliau menyampaikan kepada bapaknya
Demikianlah gambaran kelembutan Nabi
Ibrahim dalam mendakwahi dan mengajak bapaknya, sampai dakwahnya ditolak
bapaknyapun, beliau tetap berjanji akan mendoakannya agar Allah berikan
kebaikan petunjuk dan ampunan, sampai Allah kemudian memberikan
keputusan untuk melarangnya.
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ
عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ
لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
Artinya : “dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada
Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.
QS. At Taubah, 114.
E.
Kesimpulan
Wajib bagai kaum muslimin untuk
menjadikan Nabi Ibrahim dan keluarganya sebagai tauladan, diantara sekian
tauladan yang bisa kita ambil adalah konsep Pendidikan islam Nabi Ibrahim AS.
Konsep pendidikan Nabi Ibrohim merupakan sebuah pola atau rancangan
pendidikan yang diambil dari proses pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
AS. Sebagai konsep tentu tidak lepas dari komponen komponen Pendidikan yaitu
Tujuan Pendidikan, Peserta didik, Materi Pendidikan, Metode, sarana dan media
serta pendidik dengan sifat sifatnya. Konsep Pendidikan Islam nabi
Ibrahim. Tujuan pendidikan Nabi Ibrahim AS adalah menjadikan peserta
didik menjadi Muslim yang patuh kepada Allahdan menjadi imam para muttaqin. Nabi
Ibrohim dalam melakukan pendidikan selalu mengedepakan keluarga sebelum yang
lain, dimulai dengan mendidik anak istri dan keluarga besar baru ke masyarakat/
ummat secara umum. Aqidah dan ketauhidan yang merupakan pondasi dan asas
semua amal. Ibadah dan tazkiyyatun nufus sebagai manifestasi
tujuan dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah SWT dan selalu
melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori hati. Ahlaq
yang meliputi akhlaq kepada Allah, kepada sesame manusia dan juga akhlaq
dalam berdakwah kepada orng yang berseberangan sekalipun. Beberapa
metode yang digunankan Nabi Ibrahim dalam pendidikan adalah , metode nasihat,
metode dialog, metode uswah hasanah atau tauladan yang baik, metode adu
argument. Sarana serta media yang digunakan Nabi Ibrahim dalam
pendidikan diantaranya adalah baitullah ka’bah, alam semesta atau benda
antariksa, dan binatang. Allah sebut Nabi Ibrahim AS dengan sebutan
ummah, makna ummah disini sebagian besar mufassirin memberi makna orang yang
mengajarkan kebaikan agama pada orang lain atau dengan kata lain
pendidik, dan banyak sifat-sifat pendidik yang bisa kita gali juga dari Nabi
Ibrahim AS diantara :
- Patuh pada Allah dan hubungan yang dekat dengan Allah
- Hanif
- (ulil aidi wal Abshor) kuat beribadah dan cerdas
- Shabar
- pandai bersyukur
- wafa’ dan amanah.
- Serta lemah lembut dan halus perasaan
F.
Daftar
Pustaka
Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English, London:Oxford University Press, 1974
Jamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan
Islam, Bandunng: CV. PUSTAKA SETIA, 1999. h. 9-10
Prof. Dr Abuddin Natta, Manajemen Pendidikan Cet. Ke
3, Kencana Prenada Media Group:Jakarta, 2008,h. 173
Drs. Burlian Somad , Beberapa Persoalan Dalam
Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif, 1981. h. 21
Syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan
Dalam Islam, Mizan: Jakarta, 1984, H.10
أبو
الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي قصص الأنبياء 1/171
HR. Bukhori, no.4563
أبو
الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد سلامةو دار طيبة للنشر
والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م
أبو
الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي
بن محمد سلامة و دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
شمس
الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي, سير أعلام النبلاء المحقق
: مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة :
الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
شمس
الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف
الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
أبو
الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد
سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, الثانية 1420هـ –
1999 م, 4/610
HR. Ahmad, no 18946
HR, turmudli , hadis hasan shohih ghorib, hadist
ini juga diriwayatkan dari Abu hurairah ra. No. 2590
أبو
الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد سلامةدار
طيبة للنشر والتوزيع, 7/76
[1] Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English, London:Oxford University Press, 1974
[2]
H. Jamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandunng:
CV. PUSTAKA SETIA, 1999. h. 9-10
[3]
Prof. Dr Abuddin Natta, Manajemen Pendidikan Cet. Ke 3, Kencana Prenada
Media Group:Jakarta, 2008,h. 173
[4]
Drs. Burlian Somad , Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, PT.
Al-Ma’arif, 1981. h. 21
[5]
Syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Mizan:
Jakarta, 1984, H.10
[7]
HR. Bukhori, no.4563
[8] أبو الفداء إسماعيل بن
عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد سلامةو
دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م
[9]
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير
القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد سلامةو دار طيبة للنشر
والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
[10] شمس الدين أبو عبد
الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط,
مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405
هـ / 1985 م, ص: 11/316
[11] شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير
أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين
بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م,
ص: 11/316
[12] أبو الفداء إسماعيل بن
عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق : سامي بن محمد
سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
[13]
HR. Ahmad, no 18946
[14]
HR, turmudli , hadis hasan shohih ghorib, hadist ini juga
diriwayatkan dari Abu hurairah ra. No. 2590
[15] أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق
: سامي بن محمد سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, 7/76
assalamu alaikum mas bisa kita kirimkan nomor hpx kita saya mau minta tolong sama mas saya fahri darwin dari universits tadulako prodi pend matematika kbetulan judul penelitian kita hampir mirip ini nomor saya 085242217135 terima kasih atas bantuannya jaakallah.
BalasHapus