Kamis, 22 Mei 2014

Makalah Kosep Pendidikan Para Nabi



KONSEP PENDIDIKAN PARA NABI
(Konsep Pendidikan Islam Yang Digunakan Nabi Ibrahim AS Yang Menjadi Tauladan Bagi Ummat Islam)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Zainal Khafidzin, M.Ag


STAIN KUDUS 2012.jpg

Disusun Oleh :
Ahmad Abdul Aziz
NIM : 112423
Kelas : L-PAI



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PRODI PAI
2014
A.    Latar Belakang Masalah
Kisah-kisah dalam Alquran memiliki hikmah dan ibroh yang tidak akan habis tergali sampai kapanpun, teladan yang abadi dicontohkan dalam sosok-sosok yang dikisahkan dalam Alquran, salah satunya  Sosok Nabiyullah Ibrahim AS. Beliau adalah  adalah sosok seorang Rosul, pendidik, Ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan ummat.  Tak ada lagi yang meragukan kualitas keimanan, keshalihan dan kepemimpinannya sebagai seorang nabi, utusan Allah.  Demikian pula tentunya dengan perannya sebagai ayah dan pendidik.  Namun memang tidak mudah untuk begitu saja memahami atau mencerna konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat.Kalau kita coba mentadabburi firman Allah dalam Surat Ashaffat Ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya :“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ashaffat:102)
Kita bias tarik kesimpulan bahwa bukan pendidikan biasa yang menghasilkan anak luar biasa yang dengan ahlaq  yang mulia,  keimanan yang memuncak, kesabaran yang tak terbayang, kepasrahan dan  terhadap Allah dengan tanpa ada ragu sedikitpun menerima dan melaksanakan perintah Allah dan orang tuanya. Maka tidak berlebihan kemudian Allah abadikan dalam ayat lain:
إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (Ali Imran: 33)
Demikian juga Allah SWT memerintahkan ummat ini untuk mengambil tauladan dari Nabi Ibrahim berikut orang –orang yang bersamanya, sebuah jaminan keidealan contoh dan model dalam semua aspek kehidupan khususnya dalam masalah pendidikan. Konsep-konsep pendidikan Nabi ibrahim inilah yang coba kita akan kupas dan kita kaji untuk kita jadikan acuan dan teladan dalam pendidikan islam khususnya pendidikan keluarga muslim.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini pada dasarnya problem yang bersumber dari latar belakang masalah. Adapun rumusan masalah Sehubungan dengan latar belakang di atas maka didalam makalah ini adalah bagaimana konsep pendidikan yang di ajarkan oleh Nabi Ibrahim AS di dalam proses pendidikan. sebagai berikut :
1.       Apa Pengertian Pendidikan Islam ?
2.       Apa Siapakah Nabi Ibrahim dan keluarganya ?
3.       Apa Tujuan pendidikan dalam konsep pendidikan islam yang digunakan oleh Nabi Ibrahim AS sehingga menjadi tauladan bagi ummat islam ?
4.       Apa Metode Pendidikan dalam konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS ?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini pada dasarnya adalah menjawab sejumlah rumusan masalah adapun tujuan manfaat penulisan yaitu :
1.      Untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
2.      Untuk mengetahui gambaran bagaimana  cara mendidik  sesuai ajaran Nabi Ibrahim AS.
3.      Untuk memberikan informasi kepada para pembaca bagaimana tujuan, Konsep dan metode pendidikan para Nabi khususnya pendidikan yang diajarka Nabi Ibrahim.

D.    Pembahasan
1.      Pengertian Pendidikan Islam
Pengertian Konsep dan Pendidikan Islam Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.[1] Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain (Tim Penyusun, 1989: 456).
Pendidikan Islam Menurut Arifin (1993:237) sebagaimana dikutif  oleh Dr. Abdullah Idi, M.Ed menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang khalik dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepadaNya dalam segala aspek kehidupan dalam rangka mencari keridhanNya.[2] Prof. Dr Abuddin Natta MA mengungkapkan secara sederhana pendidikan islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam sebagai mana yang tercantum dalam al-qur’an dan al-hadits serta dalam pemikiran para ulama dalam peraktek sejarah umat islam.[3]
Pendidikan islam menurut Burlian somad; Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah.[4] Sedangkan menurut syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas pendidikan islam adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat – tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan.[5]
2.      Nabi Ibrahim AS dan Keluarganya
Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin Azar (tarikh) bin tahur bin saruj bin rau’ bin falij bin Aabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin saam bin Nuh AS. Menurut ibnu kastir nama lengkapnya adalah Ibrahim bin tarikh (250) bin Nahur (148) bin Sarugh (230) bin Raghu (239) bin Faligh (439) bin Abir (464) nbin Syalih (433) bin Arfakhsyadz (438) bin saam (600) bin Nuh AS. Istri nabi Ibrahim yang pertama adalah  sarah sedang yang kedua adalah hajar. Adapun anak anak beliau adalah Nabi Ismail dari istrinya Hajar, dan Nabi Ishaq dari Istrinya Sarah, kemudian dari Nabi Ishaq mempunyai anak Nabi Ya’qub kemudian Nabi Yusuf dan dari keturunan Nabi  Ismail  Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
3.      Tujuan pendidikan dalam konsep Nabi Ibrahim AS.
Sebuah pendidikan harus mempunyai tujuan, dan tujuan pendidikat islam secara umum adalah sama dengan misi manusia itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khholifah dimuka bumi. Adapun nabi Ibrahim lebih menspesifikkan lagi dan lebih mendetailkan tujuan pendidikan dalam konsep Beliau, atau dengan bahasa lain yaitu menjadi muslim yang taat dan menjadi imam dan teladan bagi yang lain. Yaitu :
a.       Menjadi muslim yang taat dan patuh kepada Allah SWT
Firman Allah SWT:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya : Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.  (QS. Al Baqarah: 132)
Inilah tujuan pendidikan dalam konsep nabi ibrahim berikut juga anak-anak beliau yang juga menjadi nabi. Didorong juga karena suatu kekhawatiran  yang selalu menghinggapi mereka yang mendorong mereka untuk mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan islam dan jangan sampai mereka lepas dari agama tercita ini. Terungkap kekhwatiran mereka dengan sebuah pertanyaan orang tua terhadapap anaknya yang sekarang sudah mulai dilupakan olah kebanyakan orang tua masa sekarang,  firman Allah:
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَـهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 133)
Pertanyaan; “apa yang akan kausembah sepeninggalku?” Inilah yang semestinya menjadi tujuan pendidikan tiap orang tua sekarang, dan Tujuan pendidikan islam adalah tujuan manusia itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk menyembah dan menjadi hamba Allah yang muttaqin, sebagaimana ayat diatas.
b.      Menjadi imam para muttaqin
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim”. Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. di antaranya: membangun Kakbah, membersihkan Kakbah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. (QS. Al Baqarah: 124)
Sejalan dengan firman Allah SWT.       
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya : Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqan: 74)
Suatu tujuan yang luar biasa. Menjadi orang muttaqin sangatlah tidak mudah apalagi menjadi imam orang-orang  muttaqin, ada beberapa tafsiran tentang kata imam diayat tersebut. Ibnu Abbas, Al hasan, Qatadah, Asuddy, dan Ar robi’ bin anas berkata: maksud kata imam diayat tersebut adalah imam yang jadi panutan dan teladan dalam kebaikan. Sebagian yang lain memberikan makna: imam muttaqin adalah menjadi penunjuk jalan bagi orang orang yang dapat hidayah dan menjadi dai untuk  menyeru kapada kebaikan, dengan harapan apa yang dilakukan, diserukan dan ibadah yang diprektekkan diteruskan oleh anak anak mereka juga siapa saja,  sehingga menjadi amal yang bersambung tak henti memmberikan  pahala yang melimpah meski sudah meninggal dunia pemilik amalnya.
c.       Peserta Didik
Nabi Ibrahim AS. Mendidik dan berdakwah kepada semua lapisan dan dengan berbagai jenis dan latar belakang, serta beragam metode yang digunakan. Adapun peserta didik yang pertama dan utama adalah keluarga beliau sendiri, yaitu anak dan istri, kemudian orang tua baru kemudian  kaumnya. Pendidikan keluarga menjadi prioritas pertama sebelum ke yang lain sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim: 6)
Maka Nabi Ibrahim memulai dari keluarganya dulu dari anak-anaknya kemudian istri dan keluarga besarnya, lalu ummatnya, Tergambar dalam beberapa ayat Allah SWT sebagai berikut:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya : “dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (Qs. Al Baqarah: 132)
Dari ayat diatas Nabi ibrahim mendahulukan kelurganya  sebelum kemudian masyarakat dan  ummatnya secara umum  untuk didakwahi dan dilakukan proses penyadaran dan pendidikan. Demikianlah konsep pendidikan Islam harus dimulai dari dalam rumah, rumah adalah “Madrasah ula” bagi anak-anak sebelum mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari lingkungan masyarakat dan sekolah atau lembaga lembaga formal lainnya. Dan sebagai pendidik demikian juga harus menjadikan rumah, anak dan keluarganya menjadi teladan bagi keluarga yang lain sehingga dakwah dan bimbingan akan lebih berpengaruh bagi objek dakwah atau peserta didik.
d.      Materi Pendidikan dalam Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim.
Islam adalah agama yang syamilah dan mutakamilah, mencakup semua aspek kehidupan, maka materi pendidikan islam juga harus menggunakan konsep syumuliyah. maka materi pendidikan islam juga harus terpadu, tidak sekuler,  Total tidak juz’iyyah atau parsial, firman Allah SWT. Al Baqarah, 208:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
4.      Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS.
Konsep pendidikan Nabi Ibrohim merupakan sebuah pola atau rancangan pendidikan yang diambil dari proses pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Sebagi konsep tentu tidak lepas dari komponen komponen Pendidikan yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta didik, Materi Pendidikan, Metode, sarana dan media serta pendidik dengan sifat sifatnya.
Konsep pendidikan Nabi Ibrahim AS.
1.      Masalah Aqidah dan Ketauhidan.
Tergambar dalam beberapa ayat komunikasi dakwah antara Nabi ibrahim dengan bapaknya demikian juga kaumnya frman Allah:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً إِنِّى أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Artinya : “ dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Anam: 74)
Kita juga bisa lihat dalam kisah ketauhidan dan gambaran keimanan serta aqidah yang kuat sebagai pelajaran bagi kita semua, yaitu pada saat Nabi Ibrahim AS. Dibakar hidup-hidup oleh penguasa yang berseberangan aqidah dengan beliau setelah kejadian penghancuran berhala oleh Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al Quran Surat Al Anbiya’ ayat 51-70. Firman Allah:
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ    قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Artinya : “ mereka berkata: “Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, QS. Al Anbiya’, 68-69
Ketika Nabi Ibrahim diikat kalimat  yang  beliau katakan adalah :
لا إله إلا أنت سبحانك رب العالمين لك الحمد ولك الملك لا شريك لك
Artinya : “Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha suci Engkau wahai rabb semesta alam bagi-Mu segala puji, dan bagi-Mu kerajaan tiada sekutu bagi-Mu”.[6]
Lalu ketika dilemparkan kedalam api beliau mengatakan:
حسبنا الله ونعم الوكيل
Artinya : “cukuplah bagi kami,  Allah sebagai pelindung”
Sebagaimana diriwayatkan imam Bukhori dalam shohihnya.[7]:
عن ابن عباس أنه قال : حسبنا الله ونعم الوكيل قالها إبراهيم حين ألقي في النار وقالها محمد حين قيل له : { إن الناس قد جمعوا لكم فاخشوهم فزادهم إيمانا وقالوا حسبنا الله ونعم الوكيل * فانقلبوا بنعمة من الله وفضل لم يمسسهم سوء } الآية
Dari Ibnu Abbas sesungguhnya beliau berkata: kalimat “hasbunallah wani’mal wakiil” diucapkan oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika dilemparkan kedalam api, demikian juga diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika dikatakan kepada beliau ( pada perang Ahzab atau perang khondaq): “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. Hal ini memberikan gambaran sikap ketauhidan Nabi Ibrahim, keimanan yang kuat, aqidah yang lurus. Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan adalah Allah sebaik-baik pelindung.
Demikian juga firman Allah surat Al An’am ,162.
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al An’am, 162)
2.      Ibadah
Ibadah dan tazkiyyatun nufus sebagai manifestasi tujuan  dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah SWT dan selalu melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori hati, Sholat, doa, haji, menunaikan nazar, dan semua perintah Allah serta menjauhi larangan-larangannya, serta mengikhlaskan semua ibadah hanya karena Allah. Firman Allah:
رَبَّنَآ إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya : “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim 37)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
Artinya : Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40)
Suatu permohonan kepada Allah yang dilakukan oleh seorang nabi tentu setelah melakukan ikhtiar yang sudah maksimal, dan sudah melakukan proses pembinaan dan pendidikan sebelumnya, dalam doa yang dimunajatkan beliau meminta agar Allah memberikan kekuatan kepada mereka untuk tetap istiqamah dan mendirikan sholat.
Hadist Ibnu abbas, mustanna menceritakan dari ishaq, Muhammad bin Harbi, Ibnu Lahi’ah dari Ab u Hurairah, Hinsi dari Ibnu Abbas Nabi Ibrahim diuji oleh Allah dan dapat mnyempurnakannay yaitu enam pada diri manusia dan empat dalam ibadah haji, pada diri manusia yaitu mencukur kumis, khitan, mencabut bulu ketiak, menggunting kuku, mencukur bulu kemaluan, mandi pada hari jumat dan empat lagi pada ibadah haji: thowaf, sa’I antara showa dan marwa, melempar jumrah dan ifadhah dan dlam keterangan ismail bin kholid redaksinya ujian itu adalah ibadah haji.[8]
3.      Tazkiyatunnufus                           
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لإِبْرَاهِيمَ   إِذْجَآءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk golongannya (Nuh),  (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. Ashoffat : 83-84)
Hati yang bersih dan suci adalah gambaran hasil proses tazkiyyatun nufus yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
4.      Ahlaq Al Karimah
Cakupan pembahasan ahlaq dalam pendidikan islam amatlah luas dia mencakup ahlaq kepada Allah, akhlak kepada kedua orang tua, akhlaq kepada sesama manusia dan akhlaq kepada siapapun juga,  Firman Allah: menggambarkan ucapan nabi Ibrahim AS.
ö فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّرَبَّ الْعَالَمِينَ  الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ   وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ   وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ   وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ   وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ   رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ   وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي اْلأَخِرِينَ   وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةَ النَّعِيمِ   وَاغْفِرْ لأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّآلِّينَ   وَلاَتُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ   يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ   إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : “karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu,dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian, dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan,dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”, QS. Asyuaro’: 77-89
Ahlaq terhadap sesama muslim dengan dianjurkannya berpegang teguh pada kitab Allah dan tidak boleh pecah belah diantara mereka, firman Allah:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَاتَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
Artinya : Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya” .QS.Asyura: 13
5.      Metode Pendidikan dalam konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS
Setelah kita tadabburi ayat ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dapat ambil beberapa bentuk metode yang Nabiyullah Ibrahim AS gunakan dalam pendidikan.
a.       Metode Keteladanan  atau Uswah Hasanah
Keteladanan merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik. Apalagi dizaman sekarang ini yang miskin keteladanan. Allah jadikan Nabi Ibrahim sebagai teladan bagi keluarga, anak dan ummatnya dalam menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, demikian juga akhlaq kesehariannya. Sampai kita ummat Muhaamd SAW juga diperintahkan untuk mengambil teladan dari Abul Anbiya’ ini, Firman Allah dalam QS.  QS. Al Mumtahanah 4 dan 6
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن شَيْءٍ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.”
Sebagaimana kita juga diperintahkan meneladani Rosulullah Muhammad SAW. Dalam semua aspek kehidupannya. QS. Al Ahzab:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. QS. Al Ahzab: 21
Banyak sekali keteladanan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim bagi keluarganya, ummatnya dan juga  ummat Muhammad SAW yang tersebar di berbagai surat dalam Al Quran: diantaranya Keteladanan dalam kesabaran, Keteladanan dalam keimanan, Keteladanan dalam bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang Allah berikan, Keteladanan dalam kehanifannya. Firman Allah SWT:
b.      Metode nasihat
Metode nasehat dalam Alquran digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Metode ini juga menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan islam dan penanaman nilai nilai sebagaiman firman Allah: QS An Nahl: 125
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An Nahl: 125
Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Nasehat atau juga bisa dengan sebutan wasiat atau pesan  yang baik dengan cara yang baik dan disesuaikan dengan situaisi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim menggunakan metode ini dalam pendidikan anak-anaknya. tergambar dalam firman Allah SWT. QS. Al Baqarah: 132
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya : dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. QS. Al Baqarah : 132
Sebagaimana Allah mensifati manusia dengan sifat orang yang merugi ketika orang tersebut tidak mau saling nasehat menasehati dalam ketaqwaan, kesabaran, kebenaran dan dalam kasih sayang.
c.       Metode dialog
Salah satu metode yang digunankan nabi Ibrahim adalah metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memantapkan pangetahuan peserta didik yang dia miliki. Dialog yang begitu mengharukan sekaligus sarat dengan ibroh pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat keimanan yang sangat tinggi dari pendidik ( Nabi Ibrahim) dan peserta didik (Nabi Ismail)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. QS. AshShoffat: 102
Subhanallah terlihat jelas , sang ayah yang shalih ini menuntun dan mendidik anaknya dengan cara yang bijak agar sama-sama patuh kepada semua perintah Allah betapapun beratnya.  Beliau menggunakan metode dialogis dengan seolah-olah meminta pendapat putranya, “Ya anakku, aku melihat di dalam mimpiku, aku menyembelihmu.  Bagaimana menurut pendapatmu?” Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan ketegasan dan kesabaran seorang anak, “Ya ayah, kerjakanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk golongan orang-orang yang sabar.” Dari dialog tersebut kita melihat bagaimana seorang anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat perintah Allah yang begitu berat.  Lalu dengan segala kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata insya Allah, Ismail berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ia siap membantu ayahnya untuk mentaati perintah Allah tersebut.
Metode ini juga digunakan Jibril AS ketika mengajarkan tentang prinsip-prinsip agama dimajlis Rosulullah SAW. Demikian juga Rosulullah dengan shahabat shahabatnya. Sebagaimana  hadist Mudz bin Jabal yang ditanya Rosullullah tentang Hak hamba atas Allah dan hak Allah atas hamba. Metode ini ternyata memang sangat efektif karena objek ikut aktif menimba pengetahuan, posisinya tidak pasif dan beku
d.      Metode Adu Argumen
Metode ini digunakan Nabi Ibrahim untuk mementahkan aqidah mereka yang sesat yang menuhankan berhala dan benda antariksa, firman Allah SWT.
وَحَآجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللّهِ وَقَدْ هَدَانِ وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَاء رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ
Artinya : “dan Dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku”. dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ” QS. Al Anam: 80
6.      Sarana dan  Media Pendidikan Islam dalam konsep Nabi Ibrahim
Pendidikan membutuhkan sarana demi kelancaran dan suksesnya proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang diharapkan, diantara sarana-sarana yang digunakan Nabiyullah Ibrahim, AS dalam konsep pendidikannya adalah:
a.       Baitullah
Salah satu sarana dalam mentarbiyyah adalah mencari atau  membentuk biah/lingkungan  yang shalihah. Representasi biah/lingkungan yang shalihah bagi Nabi Ibrahim adalah Baitullah al muharram  (rumah Allah yang mulia), dan kalau kita adalah masjid secara umum. Mendekatkan anak-anak  dan peserta didik dengan masjid sejak dini sangatlah bagus. Termasuk Salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya selalu cenderung kepada masjid. Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al quran. QS. Ibrahim :37
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
Artinya : Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.
b.      Benda Antariksa
Ada sedikit perbedaan pendapat para mufassirin  atas posisi nabi Ibrohim dalam ayat Al-Quran apakah beliau sedang mencari tuhan ( Nadhir) atau posisi adu argument dan iqomatul hujjah (Munadzir) terhadap kaumnya yang menyembah berhala dan benda antariksa, namun pendapat yang kuat adalah bahwa posisi Nabi Ibrahim adalah iqomatul hujjah dan pengingkaran terhadap apa yang dilakukan ummatnya . dimulai dari pengingkaran terhadap ayahnya yang membuat dan menyembah berhala dengan argument ergumen yang tegas dan jelas, kemudian beralih ke benda antariksa, yang satu persatu di mentahkan oleh Nabi Ibrahim atas kelayakannya sebagai tuhan. Mulai dari bintang, kemudian bulan dan terakhir matahari. Sebagai bukti dan dalil kebenaran pendapat ini adalah penutup rentutan ayat tersebut yaitu :
قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
Jadi Nabi Ibrahim menggunakan alam semesta sebagai sarana dan media untuk mendidik, mengajari dan membantah argument para penyembah berhala dan benda antariksa. Inilah media yang nyata yang langsung bisa dirasakan dan diindra. Sehingga tidak bisa terbantahkan lagi. Sebagaimana adu argumen Nabi Ibrahim dengan penguasa ketika itu Raja Namrudz yang mengaku sebagai tuhan yang di abadikan dalam Al Quran.
7.      Sifat –sifat  Nabi Ibrahim AS Sebagai Pendidik
Allah swt menyebut Nabi Ibrahim dengan sebutan “Ummah” dalam surat An Nahl, sebutan khusus yang kemudian dilanjutkan dengan sifat sifat ummah tersebut:
¨ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً
Para mufassirun memberikan makna kaliamat ummah adalah sebagai berikut, Ibnu masu’d ra. Memberi makna ummah adalah muallimul khoir /orang yang mengajarkan kebaikan atau dikesempatan yang lain beliau menyebut muallimunnasa al khoir/orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusi, sehingga beliau menjuliki Muadz bin jabal ra. dengan jululukan :
إن معاذًا كان أمة قانتا لله حنيفا
Sedang ibnu umar ra: memberi makna ummah adalah Muallimunnasa dinahum / orang yang mengajarkan agama kepada manusia. [9]
Berdasarkan tafsir para mufassirin diatas maka Nabiyullah Ibrahim AS adalah muallim, pengajar dan pendidik yang diungkapkan dengan ungkapan ummah oleh Allah SWT. Yang mempunyai sifat  dan akhlaq utama sebagai pendidik. Seorang pendidik harus menghiasi diri dengan ahlaq mahmudah dan sifat-sifat asasi bagi seorang pendidik. Karena peserta didik akan melihat sebelum mendengar apa yang akan disampaikan. Ahlaq menjadi syarat pokok dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan. Sebagai contoh betapa pentingnya ahlaq bagi seorang pendidik.
Imam adzdzahabi berkata: Imam Ahmad majlisnya dihadiri tidak kurang dari 5000 orang, hanya sekitar 500 orang yang mencatat dan menulis hadist dari beliau selebihnya mereka memperhatikan sifat-sifat, ahlaq, dan adab beliau.[10] Imam Abu Bakr Al muthowii rohimahullah berkata: saya berinteraksi dengan imam Ahmad bin hambal selama 12 tahun. Dan selama itu beliau menbacakan kitab musnadnya kepada anak-anak anaknya, tidak satupun hadis yang aku tulis darinya, saya hanya memperhatikan petunjuk petunjuknya dan ahlaqnya.[11]
Ada banyak sifat yang telah dicontohkan oleh nabiyullah Ibrahim AS. Sebagai seorang Nabi sebagai pendidik yang bias kita jadikan pelajaran dalam mendidik anak anak kita dan juga murid murid kita semua:
1.      Patuh kepada Allah
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِين
Artinya : Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), QS. An Nahl:120
Makna qonitan dalam ayat diatas: menurut ibnu mas’ud Qonitan artinya selalu taat kepada Allah dan Rosul-Nya, sedang ibnu Kastir : member makna orang yang khusus’ dan taat.[12] Inilah sifat asasi bagi seorang pendidik, dia harus taat kepada Allah dan Rosulnya, melakasanakan perintah perintah-Nya dan menjauhi larangan larangan-Nya.
2.      Hanifan / حنيفا
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan makna hanifan adalah orang yang mentauhidkan Allah dan berpaling dari kemusyrikan, maka diakhir ayat ditutup dengan “ dan ibrohim bukan termasuk orang orang yang musyrik”
حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ujung dari ke “hanifan” adalah keikhlasan dalam melaksanankan semua tugas pendidik, dengan keikhlasan, seorang Pendidik  akan melaksanakan tugas-tugasnya   dengan hati yang ringan dan lapang meskipun sebenarnya tugas yang dilaksanakan itu berat, sebaliknya, tanpa keikhlasan, meskipun ringan tugas yang akan dilaksanakan, dia akan merasakan sebagai sesuatu yang berat. Perintah harus berlaku ikhlas terdapat dalam firman Allah:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ.
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keihlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98:5).

2.      Mensyukuri Nikmat yang Allah berikan/ لأنعمه شاكرا
شَاكِرًا لأَنْعُمِهِ
Artinya : “(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. QS. An Nahl: 121
Minimnya gaji serta keterbatasan sarana yang ada sering memunculkan ketidak ikhlasan dan kurang qonaah dalam menjalankan proses pendidikan. Yang pada akhirnya menjadi orang yang suka berkeluh kesah dan tidak bias menyukuri kondisi yang ada. Maka dari itu jiwa yang pandai bersyukur akan banyak membawa kenbaikan dan keberkahan, baik bagi diripendidik maupun orang orang sekitarnya khususnya peserta didik. Rosulullah SAW bersabda:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى الْمِنْبَرِ « مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
Artinya : Bari annu’man bin bisyr berkata. Rasulullah SAW bersabda: barang siapa tidak bias mensyukuri yang sedikit maka dia tidak akan bias menyukuri yang banyak. Dan barang siapa tidak bisa bersyuku/ berterikasih kepada manusia maka dia tidak akan bisa berterima kasih kepada Allah, mengungkapkan  kenikmatan adalah syukur nikmat sedangkan, meninggalkannya adalah kufur.berjamaah adalah rahmah dan perpecahan adalah musibah, As Shidq/ Jujur.[13]
Kejujuran amatlah mahal, bahkan Rosulullah berani menjamin orang yang jujur dan menjaga lisan dari berkata yang tidak benar dengan surga. Sabda Rosulullah SAW:
عنسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ يَتَكَفَّلُ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ »
Dari sahl bin sa’ad berkata, Rosulullah SAW bersabda: barangsiapa menjamin bagiku keselamatan antara kumis dan jenggotnya (mulut) dan antara kedua pahanya (kemaluannya) maka aku jamin baginya surga.[14]
3.      Amanah atau wafa’
وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى
Artinya : “dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? “ QS. An Najm: 37
Tugas mendidik merupakan amanah yang amat berat, peserta didik bila mereka adalah anak dan istri kita, maka mereka adalah amanah dari Allah yang harus betul betul kita jaga, dan akan dimintai tangung jawab diakhirat nanti dihadapan Allah SWT. Demikian juga peserta didik di lembaga formal tempat kita bertugas, maka kita memikul amanah dari para orang tua anak didik kita, yang akan kita pertanggung jawabkan dihadapan mereka sekaligus juga dihadapan Allah nanti. Maka seorang pendidik harus memilki sifat amanah dan menunaikan semua tugasnya. Sebagaimana qudwah kita Nabiyullah Ibrahim AS, demikian juga nabi kita Muhammad SAW.
4.      Cerdas dan Berilmu tinggi/ أُوْلِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَقَ وَيَعْقُوبَ أُوْلِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
Artinya : “dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. QS. Shaad:45
Menurut ibnu Abbas: makna ulul aidy adalah yang punya kekuatan, sedangkan absor adalah kefahaman terhadap agama. Menurut Mujahid makna ulul aidi adalah kekuatan untuk melaksanakan ibadah sedangkan al absyor adalah mampu melihat al haq/ kebenaran. Imam Qatadah dan Suddy: Ululul aidi wal absyor adalah : Allah karuniakan kekuatan dalam ibadah dan kemampuan memahami agama.[15]
5.      Ashobru/ Sabar
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّن نَّهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : “ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”. QS. Al Ahqah: 35.
Banyak bentuk-bentuk kesabaran yang telah dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim AS. Diantaranya adalah:
  • Kesabaran yang luarbiasa dalam berdoa untuk menanti untuk mendapatkan keturunan, yang pada akhirnya dikabulkan oleh Allah meskipun ketika lahir Nabi Ismail beliau sudah berumur 70 tahun sedangkan Nabi Ishaq lahir ketika umur beliau 100 tahun.
  • Kesabaran beliau untuk  melaksanakan perintah Allah yaitu menyembelih anak tercinta yang ditunggu sekian lama.
  • Kesabaran  Beliau dalam mentarbiyah diri dan keluarganya
  • Kesabaran beliau dalam mendakwahi bapaknya dan ummatnya
  • Kesabaran Beliau dalam menanggung resiko dakwah dan di bakar hidup-hidup oleh Raja Namruz
Demikianlah seorang pendidik harus mempunyai kesabaran yang berlapis dalam menjalankan proses pendidikan, sebagaimana perintah Allah :

6.      Lemah lembut dan halus perasaan (arrifqi wal hilmu)
Kita lihat betapa contoh yang luarbiasa tergambar dalam dakwah Nabi Obrahim kepada bapaknya. Ibnu katsir dalam Qasasul Anbiya’ menjelaskan: didalam surat maryam mulai ayat 41 sampai 50, Allah menjelaskan komunikasi dakwah antara NAbi Ibrahim dengan bapak dengan sehalus-halusnya tutur bahasa dan sebaik-baiknya isyarat.  Beliau menjelaskan kebatilan sesembahan bapaknya dengan menyatakan bahwa “berhala yang disembah bapaknya tidak bias berbicara, tidak pula bias mendengar, tidak bias bermanfaat untuk dirinya ataupun yang lainnya. Tidak bias menolong dirinya tidak pula bias memberi rizki. Kemudian beliau menyampaikan kepada bapaknya
Demikianlah gambaran kelembutan Nabi Ibrahim dalam mendakwahi dan mengajak bapaknya,  sampai dakwahnya ditolak bapaknyapun, beliau tetap berjanji akan mendoakannya agar Allah berikan kebaikan petunjuk dan ampunan,  sampai Allah kemudian memberikan  keputusan untuk  melarangnya.
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
Artinya : “dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun. QS. At Taubah, 114.

E.     Kesimpulan
Wajib bagai kaum muslimin untuk menjadikan Nabi Ibrahim dan keluarganya sebagai  tauladan, diantara sekian tauladan yang bisa kita ambil adalah konsep Pendidikan islam Nabi Ibrahim AS. Konsep pendidikan Nabi Ibrohim merupakan sebuah pola atau rancangan pendidikan yang diambil dari proses pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Sebagai konsep tentu tidak lepas dari komponen komponen Pendidikan yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta didik, Materi Pendidikan, Metode, sarana dan media serta pendidik dengan sifat sifatnya. Konsep Pendidikan Islam nabi Ibrahim. Tujuan pendidikan Nabi Ibrahim AS  adalah menjadikan peserta didik menjadi Muslim yang patuh kepada Allahdan menjadi imam para muttaqin. Nabi Ibrohim dalam melakukan pendidikan selalu mengedepakan keluarga sebelum yang lain, dimulai dengan mendidik anak istri dan keluarga besar baru ke masyarakat/ ummat secara umum. Aqidah dan ketauhidan yang merupakan pondasi dan asas semua amal. Ibadah dan tazkiyyatun nufus sebagai manifestasi tujuan  dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah SWT dan selalu melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori hati. Ahlaq  yang meliputi akhlaq kepada Allah, kepada sesame manusia dan juga akhlaq dalam berdakwah kepada orng yang berseberangan sekalipun. Beberapa metode yang digunankan Nabi Ibrahim dalam pendidikan adalah , metode nasihat, metode dialog, metode uswah hasanah atau tauladan yang baik, metode adu argument. Sarana serta media yang digunakan Nabi Ibrahim dalam pendidikan diantaranya adalah baitullah ka’bah, alam semesta atau benda antariksa, dan binatang. Allah sebut Nabi Ibrahim AS dengan sebutan ummah, makna ummah disini sebagian besar mufassirin memberi makna orang yang mengajarkan kebaikan agama pada orang  lain atau dengan kata lain pendidik, dan banyak sifat-sifat pendidik yang bisa kita gali juga dari Nabi Ibrahim AS diantara :
  • Patuh pada Allah dan hubungan yang dekat dengan Allah
  • Hanif
  • (ulil aidi wal Abshor) kuat beribadah dan cerdas
  • Shabar
  • pandai bersyukur
  • wafa’ dan amanah.
  • Serta lemah lembut dan halus perasaan





F.     Daftar Pustaka
Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, London:Oxford University Press, 1974
Jamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandunng: CV. PUSTAKA SETIA, 1999. h. 9-10
Prof. Dr Abuddin Natta, Manajemen Pendidikan Cet. Ke 3, Kencana Prenada Media Group:Jakarta, 2008,h. 173
Drs. Burlian Somad , Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif, 1981. h. 21
Syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Mizan: Jakarta, 1984, H.10
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي  قصص الأنبياء 1/171
HR. Bukhori, no.4563                                                               
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةو دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامة و دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي, سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
HR. Ahmad, no 18946
HR, turmudli , hadis hasan shohih ghorib, hadist ini  juga diriwayatkan dari Abu hurairah ra. No. 2590
أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, 7/76


[1] Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, London:Oxford University Press, 1974
[2] H. Jamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandunng: CV. PUSTAKA SETIA, 1999. h. 9-10
[3] Prof. Dr Abuddin Natta, Manajemen Pendidikan Cet. Ke 3, Kencana Prenada Media Group:Jakarta, 2008,h. 173
[4] Drs. Burlian Somad , Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif, 1981. h. 21
[5] Syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Mizan: Jakarta, 1984, H.10
[6] أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي  قصص الأنبياء 1/171
[7] HR. Bukhori, no.4563
[8]  أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةو دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م
[9] أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةو دار طيبة للنشر والتوزيع,ط. الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
[10]  شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
[11] شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي , سير أعلام النبلاء المحقق : مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط, مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، 1405 هـ / 1985 م, ص: 11/316
[12]  أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, الثانية 1420هـ – 1999 م, 4/610
[13] HR. Ahmad, no 18946
[14] HR, turmudli , hadis hasan shohih ghorib, hadist ini  juga diriwayatkan dari Abu hurairah ra. No. 2590
[15] أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي الدمشقي تفسير القرآن العظيم, المحقق :  سامي بن محمد سلامةدار طيبة للنشر والتوزيع, 7/76

1 komentar:

  1. assalamu alaikum mas bisa kita kirimkan nomor hpx kita saya mau minta tolong sama mas saya fahri darwin dari universits tadulako prodi pend matematika kbetulan judul penelitian kita hampir mirip ini nomor saya 085242217135 terima kasih atas bantuannya jaakallah.

    BalasHapus